Senin, 19 Januari 2015 (Unofficial)
Rilis: Tentang Kapolri, dari Kami.
Apakah
anda termasuk orang yang muak dengan
politik? Nggak mau ikut campur,
bahkan tidak peduli? Saat calon kapolri andalan presiden dirundung kasus
korupsi dan telah ditetapkan sebagai tersangka. Apakah anda juga tetap tidak
peduli? Sebenarnya bukan masalah kepedulian anda yang jadi poin utama disini,
itu bukan masalah kami. Dan kami juga tidak peduli apakah anda mau peduli atau
tidak terhadap masalah ini.
Tapi
yang jelas permasalahan masuknya Komisaris Jenderal Budi Gunawan dalam bursa
calon kapolri sementara dirinya telah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK
agaknya menjadi suatu drama tersendiri. Yang perlu ditegaskan disini, kami
bukan mau menghakimi atau menyeret pikiran anda ke suatu aliran atau paham
tertentu. Kami hanya menyampaikan apa yang kami yakini. Mencoba untuk lebih
peduli, dan lebih tidak apatis.
Seperti
yang disampaikan oleh Bidang Keilmuan Dema Fisipol UGM, yang menyampaikan bahwa
masuknya Budi Gunawan ke dalam bursa calon Kapolri adalah bak memilih kucing
dalam karung. Analogi ini menggambarkan bahwa adanya nama Budi Gunawan sebagai
calon kapolri kesayangan Bapak Presiden seperti suatu perjudian. Entah apa yang
di dapatkan nantinya masih belum jelas. Apakah yang dipertaruhkan? Anda pasti
tahu jawabannya.
Dalam
mengambil suatu keputusan, dalam konteks normal tentu akan dipilih sebuah
keputusan yang memiliki resiko paling kecil, paling aman, dan menimbulkan
kerugian paling kecil. Setidaknya hal itulah yang perlu dipertimbangkan disini.
Harus memilih mana yang dikorbankan. Kehidupan rakyat, atau kehidupan salah
satu golongan saja. Entahlah, mungkin bagi sebagian orang kehidupan satu
golongan jauh lebih berharga dibanding kehidupan rakyat.
Disinilah
kami mulai berteriak. Sebentar mungkin berteriak terkesan beringasan. Baiklah,
mungkin lebih ke sekedar tergelitik. Tergelitik untuk berbicara meskipun kami
sadar ini bukan ranah kami. Sekali lagi kami hanya ingin mencoba untuk menjadi
warga negara yang baik yang tidak apatis. Bukan begitu bapak Presiden? Oke
kembali fokus. Kami merasa seharusnya pengambilan segala kebijakan dikembalikan
untuk kepentingan rakyat. Bukankah itu janji setiap wakil rakyat saat kampaye
dulu dan dulunya lagi? Tapi anehnya sekarang justru para wakil rakyat itu
justru berpihak sebaliknya. Paling tidak menurut pemahaman kami. Kami tidak
menagih janji. Kami sudah bosan tagih-tagih janji. Mungkin anda yang membaca
juga bosan. Yang memberi janji pun sepertinya juga bosan dengan janjinya
sendiri. Tapi mau bilang apa kalau dulu tidak janji-janji seperti itu? Entah,
kami juga kurang mengerti. Negara ini terlalu monoton memang. Terlalu nyaman
dengan yang ada. Melestarikan hal yang turun temurun. Bahkan untuk hal yang
absurd. Kami memilih kata absurd karena sepertinya baik dan buruk itu relatif.
Hal
yang menggelitik lain adalah pemberhentian kapolri terdahulu Jenderal (Pol) Sutarman yang sebenarnya masih memiliki
masa jabatan 10 bulan. Hal yang tidak kami mengerti disini adalah kenapa harus
diberhentikan? Kenapa tidak di clear
kan semuanya baru diberhentikan? Dengan diberhentikannya kapolri terdahulu dan
belum dilantiknya Budi Gunawan oleh Presiden Jokowi akibat desakan berbagai
pihak sehingga diputuskan adanya Plt. Padahal Plt dilakukan hanya dalam keadaan
darurat. Wakapolri Jenderal Badrodin Haiti sendiri menolak untuk disebut
sebagai Plt. Seperti keterangannya yang disampaikan kepada detik.com Minggu
(18/1/2015), "Yang saya terima itu bukan Plt, tetapi menugaskan Wakapolri
untuk melaksanakan tugas, wewenang, dan tanggungjawab Kapolri”.
Bagaimana
menurut anda? Maksud kami disini adalah, kenapa tidak diteruskan
saja masa jabatan kapolri lama sambil menunggu kejelasan Budi Gunawan? Ah, tapi
itu sudah terjadi.
Coba
sejenak kita mencoba berpikiran positif. Anggap saja Bapak Presiden tau apa
yang akan terjadi di masa depan yang tidak kita ketahui. Anggap saja beliau
terlalu cerdas sehingga kemampuan otak kita tidak mampu menjangkau apa
yangbeliau pikirkan. Ya, anggap saja begitu.
Ah,
tapi maaf. Sepertinya kami tidak bisa. Pikiran kami yang sederhana ini menolak.
Bagaimana bisa seseorang yang belum jelas statusnya menjadi salah satu pemimpin
di pemerintahan? Nyali pertaruhan kami tak sebesar itu. Apalagi yang
dipertaruhkan kehidupan rakyat. Mohon maaf sekali lagi, tapi kami menolak
pelantikan Kapolri Budi Gunawan yang telah ditetapkan tersangka oleh KPK.
Kecuali kalau memang terbukti tidak bersalah oleh pengadilan. Tapi, bukankah
itu terlalu lama?
Yah,
harapan kami dan doa kami semoga kejadian yang mirip drama comedy yang banyak
disiarkan di televisi Indonesia ini tidak terulang kembali. Lucu sebenarnya,
tapi urusannya sama negara. Tega po
ngetawain negara sendiri. Kami sih miris.
DEPARTEMEN KAJIAN DAN AKSI STRATEGIS BEM BIOLOGI
UGM