Saatnya Dunia Berubah :
Praktik Biopiracy yang Merugikan Negara Berkembang
Judul Buku : Saatnya Dunia Berubah
Penerbit : Sulaksana Watinsa Indonesia
Penulis : Siti Fadilah Supari
Jumlah halaman : 182 Halaman
Tahun terbit : 2007
Saatnya Dunia Berubah
merupakan sebuah buku yang fenomenal. Bertemakan sebuah hal yang merupakan hal
yang sangat booming di tahun-tahun ini, yaitu biopiracy. Biopiray sendiri
merupakan suatu kejahatan berupa pencurian sumber daya genetika oleh pihak asing.
Di dalam buku ini, dijelaskan adanya sebuah konspirasi terselubung antara
pihak-pihak asing dengan berbagai lembaga bertaraf dunia. Suatu bentuk
konspirasi yang menjadikan virus flu burung (H5N1) atau avian influenza sebagai
tokoh utamanya.
Di dalam buku ini
terlihat sekali ekspresi geram Ibu Siti Fadlah Supari terhadap pihak-pihak
asing terutama AS dan juga lembaga kesehatan dunia WHO. Beliau merasakan adanya
praktek biopiracy pada kasus ini. Dan hal tersebut mempunyai efek negatif yang
sangat besar bagi negara-negara berkembang. Hal ini diakibatkan, menurut ibu
Siti, karena virus flu burung ini dijadikan sebuah bisnis menjanjikan di
negara-negara maju.
Berikut ini merupakan
salah satu kutipan dari dalam bukunya :
“Sangat di
luar dugaan banyak orang, ternyata WHO CC (colaborating center) di luar
sepengetahuan Indonesia memberikan sampel virus flu burung strain Indonesia
pada beberapa perusahaan di negara maju.”
“Oleh
perusahaan-perusahaan tersebut, sampel virus dikembangkan menjadi vaksin dan
kemudian dijual secara komersial dengan harga yang sangat mahal kepada
negara-negara miskin dan berkembang.”
Buku non fiksi ini
merupakan sebuah buku yang sangat berani. Sebuah buku yang membuka mata kita
terhadap kejamnya dunia. Berbagai kerjasama terselubung untuk memperoleh
keuntungan sepihak tanpa memikirkan moral dan kepentingan pihak lain. Sebuah
buku yang tentunya sangat jarang dapat kita temukan begitu saja di pasaran.
Dengan penulisan yang
langsung ke topik permasalah tanpa ada yang ditutup-tutupi, menjadikan buku ini
penuh dengan fakta. Fakta tentang apa yang terjadi sebenarnya menurut sudut
pandang seorang Siti Fadilah Supari. Buku ini mengajak kita, masyarakat, untuk
mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di sistem dunia saat ini.
Adanya dugaan bahwa virus
flu burung akan dijadikan sebuah produk mahal dan menguntungkan bagi negara
maju, dan bahkan bisa jadi digunakan sebagai sebuah senjata biologi. Apa yang
tidak adil disini menurut ibu siti adalah, tentang bagaimana biopiracy itu
terjadi. Virus flu burung yang tersebar di negara-negara berkembang (terutama
Asia Tenggara : Indonesia dan Vietnam) mengirimkan sampel-sampel virus kepada
WHO tapi justru pihak WHO mengimkan sampel-sampel tersebut ke
perusahaan-perusahaan asing untuk diproduksi menjadi sebuah vaksin skala besar
dan nantinya akan dijual kembali. Dan hal ini dilakukan tanpa ada tranparansi
yang jelas dan justru terkesan tertutup. Indonesia merupakan salah satu Negara yang tergabung dalam jaringan WHO (World Health Organization). Lebih khusus dalam penanganan beberapa kasus, misalnya kasus flu burung yang terjadi di beerapa negara berkembang akhir-akhir ini. Sebagai contoh kasus di Vietnam, terdapat peraturan dimana Negara pandemik wajib mengirimkan seluruh sampel virus yang ada untuk diproses lebih lanjut oleh WHO Collaborating Center (WHO CC).
Hal ini adalah bagian dari peraturan yang telah berlaku sejak 50 tahun yang lalu, yakni mekanisme Global Influenza Surveillance Network yang pada intinya menyatakan setiap Negara yang bergabung dan menjadi korban dari virus pandemik (termasuk Negara berkembang), secara tunduk wajib untuk menyerahkan sampel virus tanpa syarat kepada WHO CC dengan tindak lanjut analisis sampel, pengambilan kebijakan penanganan, dan pemberian penanganan sementara menggunakan vaksin yang sudah dikembangkan sebelumnya. Tapi pada kenyataannya sample-sample virus ini dijadikan ajang bisnis negara-negara maju. Hal inilah yang semakin menguatkan
dugaan adanya praktik biopiracy dan politik disini. Mekanisme
yang berlaku seolah tidak memberikan kesempatan dan kesetaraan antara Negara
maju dan Negara berkembang dalam hal mengembangkan penanganan kesehatan. Selain
itu, ternyata Indonesia menjadi salah satu pihak yang dirugikan dengan adanya
birokrasi tersebut.