visitors

Flag Counter

Minggu, 18 Januari 2015

It's Okey, Its Kapolri. Dengarkan Kami Karena Kami Mulai Tidak Apatis.



Senin, 19 Januari 2015 (Unofficial)



 Rilis: Tentang Kapolri, dari Kami.


Apakah anda termasuk orang yang muak dengan politik? Nggak mau ikut campur, bahkan tidak peduli? Saat calon kapolri andalan presiden dirundung kasus korupsi dan telah ditetapkan sebagai tersangka. Apakah anda juga tetap tidak peduli? Sebenarnya bukan masalah kepedulian anda yang jadi poin utama disini, itu bukan masalah kami. Dan kami juga tidak peduli apakah anda mau peduli atau tidak terhadap masalah ini.
Tapi yang jelas permasalahan masuknya Komisaris Jenderal Budi Gunawan dalam bursa calon kapolri sementara dirinya telah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK agaknya menjadi suatu drama tersendiri. Yang perlu ditegaskan disini, kami bukan mau menghakimi atau menyeret pikiran anda ke suatu aliran atau paham tertentu. Kami hanya menyampaikan apa yang kami yakini. Mencoba untuk lebih peduli, dan lebih tidak apatis.
Seperti yang disampaikan oleh Bidang Keilmuan Dema Fisipol UGM, yang menyampaikan bahwa masuknya Budi Gunawan ke dalam bursa calon Kapolri adalah bak memilih kucing dalam karung. Analogi ini menggambarkan bahwa adanya nama Budi Gunawan sebagai calon kapolri kesayangan Bapak Presiden seperti suatu perjudian. Entah apa yang di dapatkan nantinya masih belum jelas. Apakah yang dipertaruhkan? Anda pasti tahu jawabannya.
Dalam mengambil suatu keputusan, dalam konteks normal tentu akan dipilih sebuah keputusan yang memiliki resiko paling kecil, paling aman, dan menimbulkan kerugian paling kecil. Setidaknya hal itulah yang perlu dipertimbangkan disini. Harus memilih mana yang dikorbankan. Kehidupan rakyat, atau kehidupan salah satu golongan saja. Entahlah, mungkin bagi sebagian orang kehidupan satu golongan jauh lebih berharga dibanding kehidupan rakyat.
Disinilah kami mulai berteriak. Sebentar mungkin berteriak terkesan beringasan. Baiklah, mungkin lebih ke sekedar tergelitik. Tergelitik untuk berbicara meskipun kami sadar ini bukan ranah kami. Sekali lagi kami hanya ingin mencoba untuk menjadi warga negara yang baik yang tidak apatis. Bukan begitu bapak Presiden? Oke kembali fokus. Kami merasa seharusnya pengambilan segala kebijakan dikembalikan untuk kepentingan rakyat. Bukankah itu janji setiap wakil rakyat saat kampaye dulu dan dulunya lagi? Tapi anehnya sekarang justru para wakil rakyat itu justru berpihak sebaliknya. Paling tidak menurut pemahaman kami. Kami tidak menagih janji. Kami sudah bosan tagih-tagih janji. Mungkin anda yang membaca juga bosan. Yang memberi janji pun sepertinya juga bosan dengan janjinya sendiri. Tapi mau bilang apa kalau dulu tidak janji-janji seperti itu? Entah, kami juga kurang mengerti. Negara ini terlalu monoton memang. Terlalu nyaman dengan yang ada. Melestarikan hal yang turun temurun. Bahkan untuk hal yang absurd. Kami memilih kata absurd karena sepertinya baik dan buruk itu relatif.
Hal yang menggelitik lain adalah pemberhentian kapolri terdahulu Jenderal (Pol) Sutarman yang sebenarnya masih memiliki masa jabatan 10 bulan. Hal yang tidak kami mengerti disini adalah kenapa harus diberhentikan? Kenapa tidak di clear kan semuanya baru diberhentikan? Dengan diberhentikannya kapolri terdahulu dan belum dilantiknya Budi Gunawan oleh Presiden Jokowi akibat desakan berbagai pihak sehingga diputuskan adanya Plt. Padahal Plt dilakukan hanya dalam keadaan darurat. Wakapolri Jenderal Badrodin Haiti sendiri menolak untuk disebut sebagai Plt. Seperti keterangannya yang disampaikan kepada detik.com Minggu (18/1/2015), "Yang saya terima itu bukan Plt, tetapi menugaskan Wakapolri untuk melaksanakan tugas, wewenang, dan tanggungjawab Kapolri”.
Bagaimana menurut anda? Maksud kami disini adalah, kenapa tidak diteruskan saja masa jabatan kapolri lama sambil menunggu kejelasan Budi Gunawan? Ah, tapi itu sudah terjadi.
Coba sejenak kita mencoba berpikiran positif. Anggap saja Bapak Presiden tau apa yang akan terjadi di masa depan yang tidak kita ketahui. Anggap saja beliau terlalu cerdas sehingga kemampuan otak kita tidak mampu menjangkau apa yangbeliau pikirkan. Ya, anggap saja begitu.
Ah, tapi maaf. Sepertinya kami tidak bisa. Pikiran kami yang sederhana ini menolak. Bagaimana bisa seseorang yang belum jelas statusnya menjadi salah satu pemimpin di pemerintahan? Nyali pertaruhan kami tak sebesar itu. Apalagi yang dipertaruhkan kehidupan rakyat. Mohon maaf sekali lagi, tapi kami menolak pelantikan Kapolri Budi Gunawan yang telah ditetapkan tersangka oleh KPK. Kecuali kalau memang terbukti tidak bersalah oleh pengadilan. Tapi, bukankah itu terlalu lama?
Yah, harapan kami dan doa kami semoga kejadian yang mirip drama comedy yang banyak disiarkan di televisi Indonesia ini tidak terulang kembali. Lucu sebenarnya, tapi urusannya sama negara. Tega po ngetawain negara sendiri. Kami sih miris.

DEPARTEMEN KAJIAN DAN AKSI STRATEGIS BEM BIOLOGI UGM